WELCOME

SELAMAT DATANG di blog saya...

Jumat, 13 Desember 2019

Jenis-jenis jerawat

Jerawat umumnya disebabkan karena pori-pori kulit yang tersumbat oleh minyak berlebih, kotoran, sel kulit mati, dan terinfeksi bakteri. Tapi jerawat juga bisa muncul karena perubahan hormon dalam tubuh.

Jenis jerawat itu sendiri dibagi dalam dua kelompok, yaitu jerawat noninflamasi (tidak menyebabkan pembengkakan) dan jerawat inflamasi (menyebabkan pembengkakan pada kulit yang berwarna merah).

Jenis jerawat tersebut meliputi;

1. Blackhead (komedo terbuka)
Komedo hitam (blackhead) adalah benjolan kecil berwarna hitam di permukaan kulit wajah, seringnya muncul di area hidung.

Komedo hitam muncul karena folikel rambut pada pori yang terbuka tersumbat oleh minyak (sebum) dan sel-sel kulit mati. Jenis jerawat ini tampak seperti bintik-bintik hitam karena bagian atas pori-pori kulit tetap terbuka, namun sisa di bawahnyalah yang tersumbat.

Komedo hitam tidak menimbulkan rasa sakit atau kemerahan di kulit seperti jerawat pada umumnya. Blackhead juga sering disebut sebagai jerawat ringan karena tidak menyebabkan peradangan.

2. Whitehead (komedo tertutup)
Whitehead atau komedo tertutup juga merupakan jenis jerawat yang disebabkan penyumbatan pori-pori  oleh minyak dan sel kulit mati.

Namun tidak seperti komedo hitam yang hanya tersumbat sebagian, penyumbatan whitehead menutupi seluruh permukaan teratas pori. Alhasil, penampilan jerawatnya akan seperti benjolan putih kecil.

Whitehead dapat terjadi pada siapa saja di usia berapa saja. Namun memang lebih sering dialami wanita, terutama di masa pubertas, menstruasi, kehamilan, dan menopause karena pengaruh hormon.

Whiteheads umumnya lebih susah diobati ketimbang blackheads karena pori-pori sudah tertutup.

3. Papula
Papula adalah jenis jerawat yang muncul di bawah permukaan kulit, dapat teraba sebagai tonjolan padat dan terasa nyeri. Kulit di sekitar tonjolannya tampak bengkak kemerahan. Namun, jerawat papula tidak memiliki titik nanah pada puncaknya.

Papula muncul ketika whitehead atau blackhead dibiarkan sampai memicu iritasi parah yang merusak kulit di sekitarnya. Kerusakan ini menyebabkan peradangan pada kulit, sehingga jadilah papula. Itu kenapa papula sering juga disebut jenis jerawat inflamasi.

4. Pustula
Pustula adalah jenis jerawat berupa benjolan yang lebih besar dan lunak. Bagian dasarnya berwarna kemerahan, sementara puncaknya berwarna putih atau kekuningan dan tampak lebih terangkat karena terisi nanah.

Pustula muncul sebagai akibat dari bakteri yang menginfeksi sumbatan pori-pori tersebut. Nanah terbentuk di bawah kulit ketika sel imun bekerja melawan infeksi. Papula sering juga disebut jenis jerawat inflamasi.

Jerawat pustula terlihat lebih besar dan lebih bengkak dibanding whitehead.

5. Nodul
Nodul adalah jenis jerawat inflamasi yang terbentuk di bawah kulit dan bisa menimbulkan rasa sakit. Nodul terlihat seperti papula, tapi lebih dalam dan besar serta tidak memiliki puncak berwarna putih.

Jerawat ini awalnya berkembang dari pori-pori yang tersumbat dan kemudian terinfeksi bakteri. Infeksi tersebut bisa masuk jauh ke bawah permukaan kulit hingga merusak jaringan dan sel-sel yang berada jauh di bawahnya. Akibatnya, pori-pori yang terkena menjadi merah dan bengkak.

Setelah benjolan mengempis, biasanya akan muncul bekas jerawat yang berwarna gelap.

6. Jerawat kistik (jerawat batu)
Jerawat kistik alias jerawat batu terbentuk jauh di lapisan kulit yang lebih dalam. Penyebab utamanya adalah penyumbatan pori oleh sel kulit mati yang dibarengi dengan infeksi bakteri. Akibatnya, muncul benjolan merah besar, bertekstur lunak karena berisi bernanah, yang terasa sakit ketika tersentuh.

Infeksi bakteri kemudian dapat menyebabkan peradangan lebih lanjut di dalam kulit. Hal ini dipicu oleh perpecahan pori di bawah kulit, dan membuat peradangan menyebar ke jaringan kulit lebih dalam. Jika hal tersebut terus berlanjut, peradangan akan makin meluas dan jerawat-jerawat baru pun muncul.

Jerawat batu dapat meninggalkan bekas luka setelah bengkaknya menghilang.

Pastikan penanganan sesuai dengan jenis dan penyebab jerawat ya.

Salam sehat dan cantik
Http://bit.ly/Bundanung

Senin, 09 Desember 2019

Taukah kamu apa yang terjadi pada kulit seiring dengan penambahan usia...???



Ketika terjadi penuaan, lapisan epidermis (lapisan terluar dari kulit) menipis, walaupun beberapa sel tetap tidak mengalami perubahan, namun jumlah sel yang mengandung pigmen (melanosit) akan menurun. Fungsi dari melanosit ini adalah melindungi kulit dari kerusakan, seperti menyerap sinar ultraviolet. Ciri-ciri kulit yang menua yaitu kulit menjadi lebih tipis, lebih pucat, dan lebih terlihat jelas apa yang ada di balik kulit. Selain itu juga mulai muncul bintik-bintik pigmentasi di bagian kulit yang terpapar sinar matahari atau disebut juga bintik-bintik penuaan atau lentigos.

Pada kelenjar sebaceous juga mengalami penurunan produksi minyak. Kekurangan minyak pada kulit dapat menyebabkan kulit kesulitan untuk menjaga kelembapannya, sehingga menjadi kering dan mudah gatal. Ketika dilihat di dalam mikroskop, tanda-tanda penuaan dapat terlihat, beberapa kerusakan terjadi pada lapisan dermis.

Menua memang tidak dapat dihindari ya, begitupun penuaan pada kulit. Rata-rata perubahan kulit ini terjadi karena paparan sinar matahari dan berikuta aku share tips untuk mengurangi dampak paparan sinar matahari :
👉  Sebisa mungkin minimalkan berjemur di bawah sinar matahari,
Meskipun UVB baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi, lama paparan sinar matahari pada jam 09.00 hanya 15 menit dan jam 11 hanya 5menit saja. Inipun cukup 3x seminggu. (kompas.com)
👉 Gunakan sunscreen dengan kualitas baik ketika Anda berada di luar, bahkan saat musim hujan
👉  Gunakan aksesoris yang melindungi Anda dari sinar matahari seperti topi dan kacamata hitam
👉🏻  Jangan lupa untuk konsumsi nutrisi yang baik dan cairan yang cukup. Dehidrasi dapat berisiko terhadap luka kulit.
👉🏻  Gunakan pelembap untuk kulit

(Source: hellodoc.com)

Nah buat kamu yang mengharuskan banyak terpapar matahari sudah mulai terlihat bintik hitam pada wajah.
Untuk mengatasi fase perubahan warna kulit dengan proses sebagai berikut:
1. Minimalkan pengaktifan perubahan warna
2. Menghambat sintesis perubahan warna
3. Mengurangi ekspresi perubahan warna pada kulit

Proses-proses inilah yang TriPhasic White Nuskin gunakan dalam mengatasi masalah flek kulit dan kusam. Ditambah teknologi anti aging dari nuskin yang telah dipatenkan sebagai anti aging yg bekerja sampai ke gen.

By. Nur Chasanah

#TriPhasicWhite
#AntiAging
#kusamdanflekhitam
#menuadengansehatdancantik

Minggu, 08 Desember 2019

PAKAI DEODORAN BISA PICU KANKER, MITOS ATAU FAKTA oleh dr Wim Panggarbesi, SpB(K)Onk

Minggu, 12 Mar 2017 05:59 WIB
Pakai Deodoran Bisa Picu Kanker, Mitos atau Fakta?
Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth

Jakarta - Pemakaian deodoran saat ini sudah menjadi hal yang biasa dilakukan sehari-hari. Namun ada pula yang menyebutkan kebiasaan ini bisa memicu kanker.

Menanggapi informasi ini, dokter spesialis kanker dari RS Mitra Keluarga Bekasi dr Wim Panggarbesi, SpB(K)Onk menjelaskan bahwa hal ini sama sekali tidak benar.

"Tidak itu, deodoran kan hanya menempel di situ saja. Saya sendiri belum pernah ketemu orang yang kanker gara-gara deodoran," imbuh dr Wim dalam seminar 'Multi Disciplinary Approach in Cancer Therapy in Managing Top Cancer Incident in Men & Women' yang diadakan di RS Mitra Keluarga Bekasi, Sabtu (11/3/2017)

Selama beberapa tahun, para peneliti telah mempelajari hubungan antara zat yang disebut paraben dan kanker payudara. Paraben banyak digunakan sebagai pengawet untuk membunuh kuman pada kosmetik seperti deodorant atau antiperspirant.

Peneliti telah mengetahui bahwa paraben sedikit menyerupai fungsi hormon estrogen pada wanita. Sedangkan hormon estrogen sendiri merupakan faktor risiko kanker payudara. Penelitian tahun 2004 menemukan adanya paraben dalam sampel jaringan kanker payudara, namun 99 persen paraben dapat diperoleh dari berbagai sumber, termasuk kosmetik dan makanan.

American Cancer Society mengatakan 99 persen manusia sebenarnya terpapar oleh paraben setiap hari, namun hingga kadar tertentu bahan tersebut aman bagi manusia. Penelitian tahun 2002 juga membuktikan, tidak ada bukti peningkatan risiko kanker pada pengguna parfum dan deodoran.

Sabtu, 07 Desember 2019

Memahami Fungsi Antiperspirant dan Fakta Penggunaannya terhadap Kesehatan

Umumnya orang mengoleskan antiperspirant untuk menjaga ketiaknya tetap kering dan wangi. Antiperspirant adalah zat kimia yang dapat mengurangi produksi keringat. Zat ini banyak ditemukan dalam produk pewangi ketiak.

Meski demikian, beredar isu bahwa penggunaan antiperspirant berkaitan dengan berbagai kondisi, seperti alergi, kanker, bahkan penyakit Alzheimer. Benarkah demikian?

Fungsi Antiperspirant dan Perbedaan dengan Deodoran
Sebagian orang menganggap antiperspirant dan deodoran adalah produk yang sama, padahal keduanya adalah memiliki kandungan dan fungsi yang berbeda

Antiperspirant mengandung bahan yang dapat menyumbat kelenjar keringat sehingga produksi keringat akan berkurang, sedangkan deodoran mengandung bahan yang dapat menghilangkan bau badan akibat pertumbuhan bakteri dari keringat. Selain itu, antiperspirant tergolong sebagai obat dan deodoran termasuk produk kosmetik.

Meski merupakan dua zat berbeda, sebagian besar produk pewangi ketiak yang ada di pasaran adalah kombinasi kedua zat tersebut. Namun, ada juga produk yang memiliki salah satu kandungan saja.

Fakta Penggunaan Antiperspirant dan Deodoran terhadap Isu Kesehatan
Biasanya produk antiperspirant atau deodoran tidak hanya terdiri dari dua zat ini saja. Sejumlah bahan lain, seperti paraben (sebagai pengawet), lanolin (sebagai pelembap), propylene glycol atau senyawa alkohol lain (sebagai pelarut dan pengemulsi), dan wewangian, juga terkandung didalamnya.

Berikut ini adalah beberapa isu kesehatan yang dikaitkan dengan penggunaan antiperspirant beserta faktanya:

1. Reaksi alergi
Reaksi alergi bisa saja terjadi pada sebagian orang setelah pemakaian antiperspirant dan deodoran. Hal ini ditandai dengan rasa gatal, ruam merah atau bentol pada ketiak. Alergi biasanya muncul akibat penggunaan produk yang mengandung wewangian.

Bila mengalami gejala tersebut, hentikan pemakaian produk dan periksakan ke dokter. Dokter dapat memberikan krim atau salep dengan kandungan kortikosteroid untuk meredakan reaksi alergi. Untuk mencegahnya, pilihlah produk tanpa tambahan wewangian dan berlabel “hipoalergenik” (tidak menimbulkan alergi).

2. Kanker
Penggunaan antiperspirant setiap hari dinilai dapat membuat kandungan aluminium dan paraben menyerap ke dalam kulit dan memicu kanker payudara.

Dugaan ini muncul karena kedua kandungan zat tersebut mirip dengan estrogen. Estrogen adalah salah satu hormon yang dapat memicu perkembangan kanker payudara. Terlebih lagi, senyawa aluminium juga diperkirakan dapat bereaksi langsung dengan jaringan payudara.

Meski begitu, hingga saat ini, belum ada penelitian yang dapat membuktikan adanya hubungan antara penggunaan antiperspirant atau deodoran dengan perkembangan kanker payudara.

3. Penyakit Alzheimer
Garam aluminium, seperti aluminium klorida dan aluminium zirconium, merupakan bahan aktif pada antiperspirant. Kandungan ini diduga bisa meningkatkan resiko penyakit Alzheimer.

Dugaan tersebut masih perlu diteliti lebih lanjut. Karena walaupun pada beberapa studi ditemukan peningkatan konsentrasi aluminium pada otak penderita Alzheimer, namun belum dapat dipastikan hubungan antara paparan aluminium dengan munculnya penyakit Alzheimer.

4. Penyakit ginjal
Pasien gangguan ginjal kronis stadium 4 atau 5 perlu berkonsultasi dahulu dengan dokter sebelum menggunakan produk antiperspirant. Hal ini dikarenakan pada stadium tersebut, ginjal tidak bisa lagi menyaring aluminium secara optimal. Sehingga sebisa mungkin penggunaan produk yang mengandung aluminium dihindari.

Beberapa masalah kesehatan yang diduga muncul akibat penggunaan produk antiperspirant dan deodoran ternyata belum terbukti benar dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Bila Anda masih khawatir, pilihlah produk antiperspirant dan deodorant yang bebas aluminium dan paraben. Jika keringat berlebih dan bau badan semakin mengganggu atau jika Anda memiliki masalah kesehatan sehingga tidak bisa menggunakan produk antiperspirant, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Terakhir diperbarui: 4 Juli 2019
Ditinjau oleh : dr. Merry Dame Cristy Pane

Sou


https://www.alodokter.com/memahami-fungsi-antiperspirant-dan-fakta-penggunaannya-terhadap-kesehatan

Klaim memakai deodoran menyebabkan kanker yang menyebar.


Untuk beberapa waktu, beberapa rumor menyebar dan mengatakan bahwa deodoran / antirespirant dapat menyebabkan kanker payudara, seperti:

Zat penyebab kanker dalam antirespirant diserap melalui bekas luka akibat pisau cukur di area ketiak. Zat – zat ini dikatakan disimpan di kelenjar getah bening di bawah lengan dan menyebabkan konsentrasi racun yang tinggi yang menyebabkan sel bermutasi dan menjadi kanker.
Sebagian besar kanker payudara berkembang di kuadran luar atas payudara karena daerah itu paling dekat dengan kelenjar getah bening yang terpapar deodoran / antiperspiran. (Bayangkan payudara sebagai lingkaran yang dibagi oleh garis vertikal dan horizontal yang menyilang pada puting susu. Masing-masing dari 4 sektor yang Anda bagi pada payudara disebut kuadran. Kuadran luar atas dari setiap payudara adalah bagian yang paling dekat dengan lengan.
Pria memiliki risiko lebih rendah terkena kanker payudara karena mereka tidak mencukur ketiak mereka, dan rambut ketiak mereka membuat bahan kimia di deodoran / antiperspiran tidak terserap.
Semua klaim ini sebagian besar tidak benar.

Pertanyaan tentang antiperspiran dan kanker payudara: Apakah memakai deodoran menyebabkan kanker payudara?

Tidak ada studi epidemiologi yang kuat dalam literatur medis yang menghubungkan risiko kanker payudara dan penggunaan deodoran / antiperspiran, dan sangat sedikit bukti ilmiah untuk mendukung klaim ini.

Faktanya, sebuah studi epidemiologi yang dirancang dengan hati-hati dari masalah ini diterbitkan pada tahun 2002 membandingkan 813 wanita dengan kanker payudara dan 793 wanita tanpa penyakit. Para peneliti tidak menemukan hubungan antara risiko kanker payudara dan penggunaan antiperspiran, penggunaan deodoran, atau pencukuran ketiak.

Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2003 melihat tanggapan dari kuesioner yang dikirim kepada wanita yang menderita kanker payudara. Peneliti melaporkan bahwa wanita yang didiagnosis dengan kanker payudara pada usia yang lebih muda mengatakan mereka menggunakan antiperspiran dan mulai mencukur ketiak mereka lebih awal dan bercukur lebih sering daripada wanita yang didiagnosis ketika mereka lebih tua. Tetapi desain penelitian tidak termasuk kelompok kontrol wanita tanpa kanker payudara dan telah dikritik oleh para ahli karena tidak relevan dengan keamanan praktik kebersihan ketiak ini.

Secara umum, mungkin wanita yang lebih muda lebih sering untuk mencukur ketiak mereka dan menggunakan antiperspiran dibandingkan wanita yang lebih tua, tidak terkait dengan apakah mereka terkena kanker payudara atau tidak. Misalnya, sebagian besar wanita yang lahir pada 1950-an dan 1960-an mungkin sudah mulai bercukur lebih awal dan menggunakan antiperspiran lebih sering daripada wanita yang lahir pada 1930-an dan 1940-an. Banyak wanita juga mungkin mencukur dan menggunakan antiperspirant lebih jarang seiring bertambahnya usia. Ini lebih mungkin menjadi penjelasan dari temuan peneliti tersebut daripada saran bahwa tindakan ini menyebabkan kanker. Sebagai catatan, penelitian ini menanyakan tentang produk antiperspiran yang sedang digunakan para wanita pada saat menjawab pertanyaan, bukan apa yang mereka gunakan sebelum mereka terkena kanker payudara.



Apakah menggunakan antiperspirant setelah bercukur memungkinkan bahan kimia masuk ke tubuh dari ketiak dan meningkatkan risiko kanker payudara?: Memakai deodoran menyebabkan kanker?

Torehan / luka karena silet dapat meningkatkan risiko infeksi kulit. Jika kulit ketiak sudah rusak atau terinfeksi, ada kemungkinan beberapa antiperspiran dapat menyebabkan iritasi ringan. Tetapi kecil kemungkinannya bahwa ini merupakan sumber utama karsinogen (zat penyebab kanker) yang masuk ke dalam tubuh dan mencapai sel-sel payudara.



Haruskah saya khawatir tentang paraben?: Memakai deodoran menyebabkan kanker?

Paraben adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet dan sebagai aditif makanan. Mereka dapat ditemukan dalam banyak jenis make-up (seperti lipstik, maskara, concealer, dan foundation) dan produk perawatan kulit (seperti lotion, produk cukur, dan tabir surya). Paraben dapat diserap melalui kulit.

Asupan paraben mungkin menjadi perhatian karena penelitian telah menunjukkan bahwa paraben memiliki sifat seperti estrogen yang lemah. Estrogen adalah hormon wanita yang diketahui menyebabkan sel-sel payudara (normal dan kanker) tumbuh dan membelah. Dan beberapa kondisi yang meningkatkan eksposur tubuh terhadap estrogen (seperti tidak memiliki anak, menopause terlambat, obesitas, dll) telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.

Pada tahun 2004, sebuah penelitian kecil menemukan jejak paraben pada beberapa sampel tumor kanker payudara. Tetapi ada beberapa poin penting tentang temuan penelitian:

Para peneliti hanya mencari keberadaan paraben dalam sampel kanker payudara. Studi ini tidak menunjukkan bahwa paraben menyebabkan atau berkontribusi terhadap perkembangan kanker payudara dalam kasus ini – itu hanya menunjukkan bahwa mereka ada di sana. Yang berarti ini belum jelas.

Meskipun paraben memiliki sifat seperti estrogen yang lemah, estrogen yang dibuat dalam tubuh ratusan hingga ribuan kali lebih kuat. Jadi, estrogen alami (atau yang diambil sebagai pengganti hormon) jauh lebih mungkin berperan dalam perkembangan kanker payudara.

Paraben banyak digunakan sebagai pengawet dalam sampo, lotion, kosmetik lainnya, dan bahkan makanan. Studi ini tidak mengandung informasi apa pun untuk membantu menemukan sumber paraben yang ditemukan di jaringan payudara – tidak jelas apakah mereka berasal dari antiperspiran atau dari sumber lain.

Namun sejauh ini, penelitian belum menunjukkan hubungan langsung antara paraben dan masalah kesehatan, termasuk kanker payudara. Ada juga banyak senyawa lain di lingkungan yang meniru estrogen yang diproduksi secara alami.

Meskipun saat ini tidak ada risiko kesehatan yang jelas dari paraben dalam makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk perawatan kulit, orang yang khawatir tentang paparan paraben dapat menghindari produk yang mengandung paraben. Produk yang mengandung paraben diharuskan untuk mencantumkannya sebagai bahan. Sebagian besar paraben memiliki nama yang mengandung kata “paraben,” sehingga mudah ditemukan.



Apakah pria lebih kecil kemungkinannya terkena kanker payudara karena antiperspiran tersangkut di rambut ketiak mereka dan tidak diserap oleh kulit mereka?: Memakai deodoran menyebabkan kanker?

Pria jauh lebih kecil kemungkinannya daripada wanita untuk terkena kanker payudara, terutama karena pria memiliki jaringan payudara jauh lebih sedikit daripada wanita. Wanita memiliki sekitar 100 kali lebih banyak jaringan payudara daripada pria dan sekitar 100 kali lebih mungkin mengembangkan kanker payudara.

Hormon juga berperan. Pria dengan kondisi metabolik atau genetik yang mengarah pada peningkatan kadar estrogen memiliki peningkatan risiko terkena kanker payudara.

Penyerapan rambut ketiak dan antiperspirant belum dikaitkan dengan risiko kanker payudara pria.



Mengapa dokter saya memberi tahu saya untuk tidak menggunakan antiperspiran atau deodoran pada hari tes mammogram saya? Memakai deodoran menyebabkan kanker?

Anda diminta untuk tidak menggunakan antiperspiran atau deodoran pada hari Anda mendapatkan mammogram karena banyak dari produk ini mengandung aluminium. Logam ini dapat muncul di mammogram sebagai bintik-bintik kecil. Bintik-bintik ini dapat terlihat seperti sertifikasi mikro, yang merupakan salah satu hal yang dicari dokter sebagai tanda kemungkinan kanker. Tidak menggunakan produk ini membantu mencegah kebingungan ketika film mammogram ditinjau.



Reviewed by: dr. Sylvani Gani

Source: https://www.cancer.org/cancer/cancer-causes/antiperspirants-and-breast-cancer-risk.html